Jakarta,lenteranews.info -
Harga minyak mentah turun sekitar USD 1 per barel pada perdagangan Senin karena adanya kekhawatiran pelaku pasar mengenai penurunan permintaan. perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China diperkirakan bisa menekan permintaan minyak olahan.
Mengutip CNBC, Selasa (29/4/2025), harga minyak mentah Brent turun USD 1,01 atau 1,51% dan ditutup pada angka USD 65,86 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 97 sen atau 1,54% dan ditutup pada USD 62,05 per barel.
Harga Minyak mentah Brent naik tipis dalam dua sesi perdagangan sebelumnya, tetapi tetap saja mengalami penurunan mingguan lebih dari 1% pada Jumat lalu karena kekhawatiran tentang dampak tarif pada ekonomi global.
Analis PVM John Evans mengatakan, perang dagang AS-China mendominasi sentimen investor dalam menggerakkan harga minyak, menggantikan pembicaraan nuklir antara AS dan Iran dan perselisihan dalam koalisi OPEC+.
Pasar telah diguncang oleh sinyal yang saling bertentangan dari Presiden AS Donald Trump dan China mengenai kemajuan pembicaraan tarif resiprokal untuk meredakan perang dagang yang mengancam akan melemahkan pertumbuhan global.
Dalam komentar terbaru dari Washington, Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada hari Minggu tidak mendukung pernyataan Donald Trump bahwa negosiasi dengan China sedang berlangsung.
Sebelumnya, Pemerintahan Beijing juga telah membantah pernyataan Presiden Trump mengenai adanya pembicaraan yang sedang berlangsung antara AS dengan China.
"Banyak yang mencari tahu apa yang akan terjadi di pasar dalam 24 hingga 48 jam ke depan," kata analis senior Price Futures Group Phil Flynn.
"Apakah kita akan membom Iran? Apakah China akan membeli lebih banyak minyak mentah," tambah dia.
Beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diperkirakan akan menyarankan agar kelompok tersebut mempercepat kenaikan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut saat mereka bertemu pada tanggal 5 Mei.
"Sentimen telah berubah lebih pesimis sejak perkiraan kami bulan lalu dengan pelonggaran OPEC+ yang lebih agresif – dan keraguan yang menyertai tentang persatuan dalam kartel minyak tersebut," kata analis BNP Paribas Aldo Spanjer dalam sebuah catatan.
BNP Paribas memperkirakan Brent berada di kisaran USD 60-an per barel pada kuartal kedua tahun ini.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan dia tetap "sangat berhati-hati" tentang keberhasilan negosiasi, karena pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat di Oman berlanjut minggu ini.
Di Iran, ledakan dahsyat di pelabuhan terbesarnya di Bandar Abbas telah menewaskan sedikitnya 40 orang, dengan lebih dari 1.200 orang terluka, media pemerintah melaporkan pada hari Minggu.
Sumber : Liputan6.com